Sejarah berdirinya Manchester City Football Club, tidak terlepas dari
peran seorang wanita. Pada November 1865,
Arthur Connell
diangkat sebagai Kepala
Gereja St.Mark's di
West Gorton,
sebuah distrik di
timur Manchester,
Inggris.
Putrinya
Anna Connell (1855-1924)[ket
1][3]
berinisiatif dan memutuskan untuk membentuk sebuah asosiasi yang
mendorong para pemuda paroki untuk berolahraga.
[4]
Saat itu tingkat kejahatan dan pengangguran sangat tinggi. Mereka
percaya bahwa olahraga dapat menyatukan dan mengurangi kejahatan di
timur Manchester.
Tahun
1868
sudah terbentuk Tim
Kriket Gereja St.Mark's dan mulai tahun
1875 tim
kriket
mulai menambahkan permainan
sepakbola yang pada waktu itu mulai populer.
Akhirnya pada tahun
1880 para pemain kriket membentuk tim sepak bola dengan
nama St.Marks (West Gordon) dibawah bimbingan William Beastow dan Anna
Connell (diyakini sebagai satu-satunya wanita telah mendirikan sebuah
klub sepak bola profesional di Inggris).
Tahun 1887 mereka pindah ke markas yang baru di
Hyde
Road,
Ardwick.
Nama klub pun berubah menjadi Ardwick A.F.C. untuk menyesuaikan dengan
letaknya yang baru. Ardwick mulai ikut berkompetisi di divisi 2 Football
League tahun 1892. Setahun kemudian, musim 1893-94, masalah keuangan
membelit klub dan setelah direorganisasi ulang akhirnya mereka berganti
nama lagi menjadi
Manchester City Football Club.
Masa
Pembentukan (1875-1894)
St.Mark's
(1880-1887)
Anggota Gereja St.Marks dari Inggris, West Gorton, Manchester,
mendirikan klub sepak bola yang sekarang dikenal sebagai Manchester
City, untuk tujuan kemanusiaan. Mereka, berusaha untuk mengekang
kekerasan geng lokal dan alkoholisme dengan membentuk kegiatan baru
untuk pria lokal, sementara pengangguran yang tinggi juga melanda Timur
Manchester, khususnya Gorton.
Semua orang dapat mengikutinya, tanpa memandang agama, yang pada
abad
ke-19 sangat sensitif. Anna Connell secara pribadi mengunjungi
setiap rumah di
paroki tersebut untuk menarik minat dan keterlibatan,
mengundang baik
Protestan dan
Katolik
untuk mengambil bagian dalam kegiatan baru tersebut.
[5]
Sebuah klub
kriket gereja sudah dibentuk sebelumnya pada tahun
1868. Anna
menyampaikan saran kepada pegawai Gereja, William Beastow. Dia menduga
bahwa rutinitas sehari-hari laki-laki akan lebih baik bila disalurkan
melalui permainan kolektif yang dikelola gereja, melalui permainan
olahraga baru, yang semakin populer di akhir
abad
ke-19 yang disebut dengan '
sepak
bola'. Untuk mewujudkan hal tersebut dan sebagai bagian dari
keinginan Anna Connell untuk menyembuhkan penyakit sosial, sipir gereja
William Beastow dan Thomas Goodbehere memulai menbentuk tim
sepak
bola geraja yang disebut
St.Mark's (West Gorton), kadang
dituliskan
West Gorton (St.Mark's) pada musim dingin tahun
1880.
[6]
Anna Connell dikenal sebagai satu-satunya wanita yang membentukan klub
sepakbola utama Inggris.
Pertandingan pertama tim tercatat terjadi pada
13
November 1880,
melawan tim gereja dari Macclesfield. St.Mark's mengenakan kemeja hitam
dengan celana pendek putih. St Marks kalah dalam pertandingan 2-1, dan
hanya memenangkan satu pertandingan selama musim perdana mereka di
1880-81, dengan kemenangan atas Stalybridge Clarence Maret 1881.
[7]
Pada tahun 1884, klub bergabung dengan klub lain, yaitu
Gorton
Athletic. Tetapi
merger tersebut hanya berlangsung beberapa bulan
sebelum klub dibagi lagi. St Mark's menamakan diri mereka dengan
Gorton
A.F.C sementara Gorton Athletic berubah menjadi
West Gorton
Athletic.
[8]
Dengan perubahan nama ini, tim secara bertahap kehilangan sentuhan awal
agama mereka, dan nama St.Mark's perlahan memudar, dengan klub sering
menempatkan St.Mark's dalam tanda kurung.
Ardwick
A.F.C. (1887-1894)
Pada tahun 1887, Gorton A.F.C. berubah status menjadi profesional dan
pindah ke tempat baru di
Hyde
Road Ardwick,
dan mengganti namanya menjadi
Ardwick AFC untuk mencerminkan
lokasi baru di timur kota. Pertandingan pertama mereka di Hyde Road pada
10 September 1887 direncanakan untuk melawan Salford AFC sebagai "grand
opening" stadion baru. Tetapi pertandingan tidak jadi dilaksanakan
karena Salford AFC tidak dapat bertanding.
[9]
Pada tahun 1889 terjadi bencana ledakan tambang batubara dekat Hyde
Road yang menyebabkan kematian 23 penambang.
Ardwick dan
Newton
Heath, yang keduanya kemudian menjadi
Manchester City dan
Manchester United, mengadakan
pertandingan persahabatan di bawah lampu sorot, dalam rangka menghimpun
dana bantuan bencana.
Pada tahun 1885 diadakan Piala Manchester (
bahasa Inggris:
Manchester
Cup) untuk pertama kalinya. Ardwick AFC menjadi lebih
dikenal luas pada tahun 1891, setelah menjuarai Manchester Cup untuk
pertama kalinya, mengalahkan Newton Heath 1–0 di final.
[10]
Keberhasilan ini berpengaruh terhadap keputusan
Football Alliance
untuk menerima Ardwick sebagai anggota untuk musim 1891-1892. Pada saat
Football Alliance bergabung dengan
Football League pada
tahun 1892, Ardwick AFC menjadi sebagai salah satu anggota pendiri
Divisi Dua.
Masalah keuangan di musim 1893-1894 menyebabkan reorganisasi dalam
klub, dan Ardwick berubah menjadi Manchester City, dengan nama resmi
Manchester
City Football Club Company Limited dan menjadi perusahaan yang
terdaftar pada tanggal
16 April 1894.
Masa awal Manchester
City F.C (1894-1928)
Masa
Perkembangan (1894-1898)
Billy Meredith "The Welsh Wizard" pemain kunci City
diawal pembentukan
Mulai tahun 1894 klub ditata ulang oleh manajemen. Manajer
Yosua Parlby
merekrut
Billy Meredith yang berusia 19 tahun dari
Northwich Victoria. "The Welsh Wizard" tersebut sangat hebat karena
mempunyai telenta yang tinggi dan masa depan yang bagus. Billy bermain
untuk tim nasional
Wales dan menang pertama kali pada tahun 1895. Namun,
ia terus bekerja di bawah tanah sebagai penambang selama seminggu sampai
1896, ketika Manchester City akhirnya bersikeras bahwa dia harus
melepaskan pekerjaan tambang batu bara nya.
Klub ini berkembang dengan pesat dan pada tahun 1895, dan sudah
menarik lebih dari 20.000 orang sebagai pendukung. Para pendukung
Manchester City waktu itu dikenal sebagai penggemar riang klub mereka,
sering menyalurkan antusiasme mereka dan menciptakan suasana yang ramai
di Hyde Road, dengan terompet. Kadang-kadang sesekali mereka memakai
pakaian yang mewah.
Manchester City saat menjuarai Piala FA 1904
Pada tahun 1899, klub menjuarai Divisi II dan berhak promosi untuk
pertama kalinya ke tingkat tertinggi dalam sepak bola liga
Inggris
saat itu, Divisi I.
Klub akhirnya mencatatkan gelar pertamanya pada tanggal 23 April
1904, dengan mengalahkan
Bolton Wanderers 1–0 di
Crystal Palace dalam sebuah final turnamen sistem gugur
paling bergengsi di sepak bola Inggris, yaitu
Piala FA
atau lebih dikenal dengan
FA Cup. Klub nyaris mendapatkan
gelar ganda pada tahun 1904 karena mengakhiri liga Divisi I sebagai
runner-up pada musim 1903-1904.
Pindah
ke Maine Road (1923)
Pada tahun 1920,
Hyde Road menjadi stadion sepakbola pertama di
luar London yang dikunjungi oleh raja yang berkuasa.
[11]
Pada tanggal 27 Maret 1920 Raja George V hadir di Hyde Road untuk
menyaksikan pertandingan antara Manchester City dan
Liverpool.
[12]
Bulan November sebuah kebakaran yang disebabkan oleh rokok
menghancurkan tribun utama dan akhirnya Manchester City mulai mencari
rumah baru. Awalnya diusulkan kemungkinan untuk berbagi Stadion Old
Trafford dengan tetangganya,
Manchester United. Namun sewa yang
diusulkan United terlalu mahal, sehingga Hyde Road diperbaiki dan City
terus bermain di Hyde Road.
Rencana untuk pindah dari timur Manchester ke selatan Manchester di
Maine
Road, Moss Side membuat marah
John Ayrton, Direktur
Manchester City saat itu. John akhirnya berpisah dari klub dan
mendirikan
Manchester Central F.C., karena merasa harus ada
sebuah tim sepak bola dari timur Manchester.
Akhirnya rencana klub untuk pindah ke basis baru di
Maine
Road, Moss Side diumumkan pada tahun 1922. Pertandingan terakhir
Manchester City di
Hyde Road adalah pertandingan liga melawan
Newcastle United pada
28 April
1923, dan
pada bulan Agustus 1923 menjadi pertandingan sepak bola terakhir yang
diadakan di Hyde Road. Manchester City memulai musim 1923-1924 di
Maine
Road, yang saat itu memiliki kapasitas 85.000 dan dijuluki
Wembley
of The North.
Setelah itu beberapa bagian dari Hyde Road masih digunakan. Atap
stand utama dijual ke Halifax Town, dan didirikan
The Shay Stadium
dimana atap stand utama masih digunakan.
[13]
Selama satu dekade, semua jejak sepak bola menghilang dari Hyde Road.
Pada 2008, lokasi bekas lapangan adalah depo bus, sebagai tempat latihan
para supir.
[14]
Tahun 1926 klub mencapai Final Piala FA, dan mencetak 31 gol dalam 5
pertandingan dalam perjalanan ke final. Namun di pertandingan final City
dikalahkan 1–0 oleh Bolton Wanderers. Kekecewaan bertambah, karena di
liga City terdegradasi di akhir musim. Tahun 1928 City menjadi juara
Divisi II dan kembali promosi ke Divisi I.
Periode 1928-1965
Tim Tahun 1930-an
Pada tahun 1930-an City mulai menjadi penantang serius, dalam
berbagai kesempatan di Piala FA. Di tahun 1930-an City mempunyai
beberapa nama terkenal seperti
Matt
Busby yang kemudian menjadi Manager Manchester United,
Frank
Swift seorang
penjaga gawang dengan
rentang tangan hingga jari mencapai 12
inci, yang
masih dianggap sebagai salah satu penjaga gawang terbaik sepanjang masa.
Kemudian ada
striker yang sulit dipahami
karakternya tapi rawan cedera yaitu
Fred
Tilson dan kapten yang sangat berpengaruh yaitu
Sam
Cowan. Di sebuah pertandingan final, sebelum pertandingan pada saat
bersalaman, Sam Cowan memberitahukan kepada Raja dengan mengatakan ,
"Yang Mulia, ini adalah Tilson. Dia hari ini bermain dengan kaki yang
patah".
Cowan menjadi kapten City, menggantikan
Jimmy McMullan. Selama menjadi kapten, City mencapai final
Piala FA sebanyak 2 kali. Yang pertama adalah pada tahun 1933, melawan
Everton. Selama pertandingan Cowan sering
berhadapan langsung melawan Kapten Everton
Dixie Dean. Kedua
pemain terkenal karena kemampuan mereka dalam menjaga daerahnya. Matt
Busby mengatakan bahwa "Cowan bisa menyundul bola sama jauhnya jika kita
menendang dengan kaki". Tetapi Dean menang dalam pertempuran udara,
mencetak gol kedua Everton dengan sundulan kepala. Kehadiran Dean
memberi Cowan dilema, dia terpecah antara tekad untuk tidak meninggalkan
Dean dan keinginan untuk membantu menyerang ke depan. Akhirnya Everton
menang 3-0.
Tapi pada saat Cowan menerima medali sebagai runner-up dari
Duke
of York, ia mengatakan bahwa ia akan kembali tahun depan sebagai
pemenang. Sesuai dengan perkataan Cowan, City kembali ke
Wembley pada tahun berikutnya (1934), dan
akhirnya memenangkan Piala FA, Cowan memenuhi janjinya. Klub mengakhiri
liga pada tahun 1930 di posisi ketiga, dan kalah tipis dari
Arsenal oleh gol Herbert Chapman di menit
terakhir pada semi-final Piala FA 1932.
Spesialis Piala FA
Raja George V hadir di
Wembley pada Final
Piala FA
1934 Manchester City vs Portsmouth
City mendapatkan reputasi sebagai spesialis Piala FA pada tahun-tahun
itu. Pada tahun 1934, 84.559 pendukung datang memenuhi
Maine
Road untuk menyaksikan City melawan
Stoke City di perempat final. Rekor kehadiran tersebut masih
bertahan hingga saat ini.
Di final Piala FA 1934, Cowan menjadi pemain pertama dan satu-satunya
pemain City yang tampil di tiga final Piala FA. Dia adalah kapten saat
City menang 2-1 atas
Portsmouth. Sebagai kapten tim Cowan sangat bertanggung jawab
untuk memotivasi sesama pemain dan menjaga taktik pertandingan. Pada era
itu, seorang kapten dapat seperti manager, yang secara administrasi
dapat memberikan masukan taktik.
Semusim setelah kemenangan Piala FA, klub mengakhiri liga di urutan
keempat pada musim 1934-35 dan gagal memperbaiki rekor Piala FA setelah
kalah 1-0 dari
Tottenham di babak ketiga. Di musim
1935-1936 berikutnya City harus berjuang untuk mengakhiri liga di posisi
kesembilan.
Juara
Liga Pertama (1937)
City akhirnya merebut gelar juara liga Divisi I pertama mereka pada
tahun 1937 setelah menjadi runner-up dua kali di 1903-04 dan 1920-21,
dan berakhir di tempat ketiga sebanyak tiga kali di 1904-05, 1907-08 dan
1929-30. City keluar sebagai juara dan satu-satunya tim dengan mencetak
lebih dari 100 gol, serta tidak terkalahkan selama 22 pertandingan di
liga.
Juara Bertahan Terdegradasi
(1938)
Di musim 1937-1938 berikutnya mereka langsung terdegradasi ke divisi
II, kendati mencetak gol lebih banyak dari tim manapun di liga.
Peristiwa ini dikaitkan dengan
typical City syndrome. City
menjadi satu-satunya juara bertahan yang terdegradasi dalam sejarah
sepak bola Inggris.
Setelah satu musim di Divisi II, akhirnya liga dihentikan karena
terjadinya Perang Dunia II. Selama periode enam tahun, Liga Perang
diperkenalkan, namun hal ini hanya bertujuan sebagai olahraga hiburan
yang ditujukan untuk memberikan semangat kepada seluruh rakyat di
kota-kota di seluruh Inggris. Beberapa pemain memilih untuk bermain
untuk City selama perang dan beberapa bermain sebagai tamu untuk tim
lain seperti Frank Swift. Sedangkan Jackie Bray bergabung dengan
Angkatan Udara Inggris, Royal Air Force pada tahun 1940 untuk ikut
membantu perang dan dianugerahi Medali Kerajaan Inggris karena
jasa-jasanya selama perang.
20 tahun kemudian, Manchester City yang terinspirasi kan taktik
bernama
Revie Plan
berhasil masuk final Piala FA 1955. Mereka kalah di final melawan
Newcastle United, tapi tahun berikutnya
mereka menjuarai Piala FA dengan mengalahkan
Birmingham di final 3-1. Partai final
tahun 1956 ini termasuk partai final Piala FA yang dikenang orang banyak
karena di pertandingan itu kiper City,
Bert Trautmann, terus bermain walaupun mengalami patah
tulang leher.
Setelah itu City tenggelam dan baru muncul ke permukaan saat
Joe
Mercer dan
Malcolm Allison ditunjuk untuk menjadi duo
manajer klub pada tahun 1965.
Periode 1965-2001
Masa
kejayaan (1965-1977)
Pada musim panas tahun 1965, manajemen klub menunjuk
Joe
Mercer dan
Malcolm Allison sebagai manajer dan asisten
manajer City. Musim 1965-66 adalah musim ketiga City bermain di Divisi
II (kasta kedua) liga sepak bola Inggris. Setelah Joe Mercer ditunjuk
sebagai manager, mereka membuat pembelian terpentingnya pada
Mike Summerbee dan
Colin
Bell. Musim pertama dibawah asuhan Mercer, klub memenangkan gelar
juara Divisi II dan berhak promosi kembali ke Divisi I.
Dua musim berikutnya, musim 1967-1968, Manchester City menjuarai
Divisi I Liga sepak bola Inggris untuk kedua kalinya mengalahkan rival
sekotanya Manchester United yang berada di posisi kedua.
[15]
Mereka memastikan gelar juara pada partai terakhir dengan kemenangan
4–3 di kandang Newcastle. Piala dan prestasi pun kemudian mulai mengalir
datang.
Musim berikutnya 1968-69, mereka memenangkan kembali Piala FA 1969
setelah di final mengalahkan
Leicester City dengan skor 1-0. Setelah memenangkan
Piala FA tahun 1969, City berhak tampil di
Piala Winners UEFA musim berikutnya. Tampil di Piala
Winners UEFA musim 1969-70 adalah kedua kalinya City berlaga di
kompetisi Eropa, setelah pada musim sebelumnya berlaga di
Liga Champions UEFA.
Musim 1969-70, City mencatatkan diri sebagai klub pertama dari
Inggris yang bisa memenangkan dua piala domestik dan Eropa dalam satu
musim.
[16]
Pada tahun 1970 City memenangkan
Piala Winners UEFA Eropa untuk pertama kalinya dengan
mengalahkan
Górnik Zabrze 2–1 di final. Pada musim yang
sama mereka juga memenangkan
Piala Liga dengan mengalahkan
West Bromwich Albion 2-1 di final
yang dilangsungkan di Stadion
Wembley.
Setelah itu, sepanjang awal dekade hingga pertengahan dekade 1970-an,
klub terus berusaha untuk meraih prestasi demi pretasi. Pada Piala
Winners UEFA tahun 1971, meraka hanya mencapai semi-final setelah
dikalahkan oleh
Chelsea.
Pada bulan
Oktober 1971 Joe Mercer mengundurkan diri dan digantikan oleh
Malcolm Allison. Dibawah Allison klub kembali mengikuti
kejuaraan antar klub eropa pada musim 1972-73 dengan berlaga di
Liga Champions UEFA, walaupun hanya sampai di babak
1. Gelar yang diperoleh pada masa Allison adalah menjadi juara
Charity Shield pada awal musim 1972-73.
Rivalitas dengan klub sekota,
Manchester United, selalu sengit. Salah
satu partai yang banyak dikenang adalah pada partai terakhir di musim
liga 1973–74. Derby panas tak terelakkan terjadi di
Old
Trafford tatkala baik City maupun United harus menang agar bisa
selamat dari degradasi. Mantan pemain United,
Denis
Law, mencetak satu-satunya gol kemenangan City yang juga otomatis
menyebabkan rival sekotanya United, harus degradasi ke divisi 2.
Malcolm Allison mengundurkan diri pada bulan Maret 1973 dan
digantikan oleh Johnny Hart. Hart hanya sebentar menangani klub sebelum
digantikan sementara oleh
Tony
Book (kapten City saat itu). Ron Saunders akhirnya menjadi manajer
klub pada
November 1973 hingga
April 1974 dan
akhirnya diganti kembali oleh mantan kapten klub yaitu
Tony
Book.
Dibawah
Tony Book, City kembali menjadi juara
Piala Liga pada tahun
1976 setelah
di final mengalahkan
Newcastle United dengan skor 2-1. Pada
musim 1976-77 City hampir menjadi juara
Liga Inggris setelah mengakhir liga pada posisi kedua,
dengan hanya selisih satu point dari
Liverpool. Pada masa Tony Book, City selalu berlaga di
Liga Champions UEFA selama tiga musim
berturut-turut, dari musim 1976-77 hingga 1978-79.
Masa sulit
(1982-2001)
Setelah menjadi runner-up pada
Piala FA
tahun 1981, Manchester City tidak menghasilkan gelar penting apapun dan
hanya timbul-tenggelam di Premiership. Mereka hanya promosi ke divisi
utama namun kemudian terdegradasi lagi ke divisi 2.
Musim 1982-83 klub mengakhiri liga di posisi ke-20, sehingga
menyebabkan mereka harus degradasi ke divisi II. Setelah dua musim
bermain di divisi II, musim 1985-86 mereka kembali ke divisi I, tetapi
mereka kembali terdegradasi ke divisi II dua musim kemudian setelah pada
musim 1986-87 mengakhiri liga di posisi ke-21. Musim 1989-90 City
kembali bermain di divisi I, dan sempat bermain stabil dengan selalu
mengakhiri liga di posisi ke-5 dalam dua musim berturut-turut.
Musim 1992-93 dimulai era baru dengan nama
Liga Primer (
bahasa Inggris:
Premier
League) dimana City menjadi salah satu klub pendirinya.
Tetapi perjalanan klub di era Liga Primer tidak berlangsung mulus,
bahkan cendrung terus mengalami penurunan. Puncaknya adalah pada musim
1998-99 mereka terdegradasi dan harus bermain sampai ke divisi 3
(sekarang bernama:
Football League One). Setelah
kedatangan
David Bernstein pada bulan
Maret 1998 sebagai
chairman yang baru, City pun mulai berbenah. Beruntung, mereka hanya
satu musim bermain di divisi 3 dan kemudian promosi ke divisi 2
(sekarang bernama:
Football League
Championship).
Periode
2001-Sekarang
Pada tahun 2001,
Kevin Keegan ditunjuk untuk menangani
Citizens,
pada saat itu City bermain di divisi 2 (
Football League
Championship). Dibawah Kevin Keegen mereka berhasil menjuarai
Football League
Championship dan mereka pun berhasil promosi ke
Liga Utama Inggris.
Maret 2005 Keegan mundur dan
Stuart
Pearce menggantikannya sebagai caretaker atau manager sementara.
Penampilan City yang cemerlang membuat Pearce diangkat sebagai manager
penuh dan musim 2005-2006 Pearce membawa City menempati urutan ke-6 Liga
Utama. Musim berikutnya penampilan City menurun drastis dan hanya
menghuni papan bawah klasemen walaupun tidak sampai terdegradasi. Pearce
akhirnya dipecat dan digantikan mantan manajer tim nasional Inggris,
Sven-Göran Eriksson. Pada saat itu
Manchester City telah dimiliki oleh miliuner ambisius yang juga bekas
perdana menteri Thailand, Thaksin Shinawatra.
Di bawah Eriksson, City tampil perkasa pada awal kompetisi namun
mulai kehilangan keseimbangan mulai dari pertengahan kompetisi, walaupun
demikian mereka bisa mencapai zona
Piala UEFA berkat penampilan
fair playnya.
Thaksin yang tidak sabaran sudah ingin memecat Eriksson sebelum akhir
kompetisi jika saja tidak ditahan oleh fans Citizen yang merasa Thaksin
terlalu semena-mena dan tidak memperhatikan keinginan fans City.
Pemecatan Eriksson hanya tertunda sebentar dan benar-benar dilakukan
saat akhir kompetisi.
Mark Hughes, manager
Blackburn Rovers dan juga mantan pemain
kesayangan klub sekota
Manchester United, ditunjuk untuk
menggantikannya. Dibawah Hughes, City berhasil menempati posisi Liga
Utama Inggris pada musim 2008-09 dan juga berhasil menembus babak
perempat-final
Piala UEFA. Hughes hanya
bertahan hingga setengah musim 2009–10, ia digantikan oleh
Roberto Mancini.
Era
Roberto Mancini (2009-2013)
Dibawah Mancini, City berhasil menempati posisi kelima pada Liga
Utama Inggris musim 2009–10. Musim berikutnya, City berhasil menjuarai
Piala FA
setelah mengalahkan
Stoke City 1–0 dan berhasil menempati posisi ketiga pada Liga
Utama, hanya perbedaan selisih gol saja yang membuat City gagal
menggusur
Chelsea dari peringkat kedua.
Musim 2011–12 menandai keberhasilan klub menyudahi 44 tahun puasa
gelar juara Liga (terakhir pada tahun 1968) dalam kompetisi yang ketat
dengan Manchester United. Manchester City berhasil menjadi juara dengan
perbedaan selisih gol yang lebih baik.